Sabtu, 04 Februari 2012

Apakah Themis Benar-benar Dewi Kedilan?



Oleh: Andi Rohandi, S.H.



Themis adalah seorang dewi dari keturunan dewa tertua dalam mithologi Yunani. Ia adalah bangsa Titan, anak dari dua belas bersaudara (enam laki-laki dan enam perempuan) dari pernikahan Ouranos (dewa langit) dan Gaea (Dewi Bumi). Keduabelas Titan tersebut adalah Oceanus, Tethys, Hyperion, Theia, Coeus, Phoebe, Cronos, Rhea, Mnemosyne, Themis, Crius dan Lapetus (Promoteus). 

Satu diantara keduabelas Titan tersebut adalah Cronos, dewa yang terkenal cerdik dan ambisius. Keberadaan ke 12 Titan ini sangat diterima di hati Ouranos, berbeda dengan Cyklops dan Hecatonkhire yang terpaksa dijebloskan kembali kedalam Thartarus (tempat paling gelap dan kelam yang dibuat oleh Khaos, dewa pencipta jagat raya, sehingga jangankan manusia, para dewa pun tak dapat membayangkan kengerian didalamnya). Namun demikian, kebaikan Ouranos dibalas dengan kejahatan oleh Cronos. Atas bantuan Ibunya Gaea, Cronos berhasil merebut tahta dan membunuh ayahnya Ouranos. Namun sebelum meninggal Ouranos sempat mengutuk dan mengatakan, kelak Cronos akan diperlakukan sama oleh anaknya sendiri. Sejak saat itu Cronos bertahta, memperistri saudaranya Rhea sejak saat itu, berlaku-lah kutukan ayahnya. Selanjutnya setelah Cronos bertahta, kesepuluh saudaranya termasuk Themis bergabung dengan Cronos kecuali Oceanus. Oceanus-lah yang paling khawatir akan kutukan Ouranos yang akhirnya memilih untuk menyepi di sudut dunia. Sementara itu, melihat kebiadaban perbuatan Cronos yang membunuh ayahnya sendiri dan menjalankan tahtanya secara sewenag-wenang, Themis hanya bisa diam tanpa melakukan tindakan apapun.

Karena ketakutan atas kutukan ayahnya, Cronos melahap semua bayi-bayi keturunannya saat mereka lahir. Mereka adalah Remeter, Hestia, Hades dan Poseidon. Bayi terakhir berhasil diselamatkan oleh Rhea, istri Cronos adalah Zeus dan dipelihara oleh para Nimfa di pulau Kreta. Bayi Zeus tumbuh dengan meminum susu seekor kambing, Amaltheia. Di kemudian hari, Zeus membalas kebaikan Amaltheia dengan menempatkannya di angkasa sebagai rasi bintang Capricorn. Selain itu ada juga para kuretes, mereka adalah sekumpulan prajurit penari yang ikut membantu menyembunyikan Zeus dari Cronos. Ketika Zeus sedang menangis, para kuretes langsung membuat keributan dengan cara bernyanyi, menari, dan memukulkan tombak pada perisai mereka supaya Cronos tidak mendengar tangisan Zeus. Sampai saat Zeus dewasa, dengan bantuan pamannya Oceanus dan Lapetus (Promoteus), Zeus melakukan kudeta terhadap ayahnya sendiri.

Kudeta tersebut dilakukan oleh Zeus melalui peperangan yang berdarah-darah dan berakhir dengan terbunuhnya Cronos oleh anaknya sendiri yaitu Zeus. Banyak rakyat yang tidak berdosa yang ikut menjadi korban kudeta tersebut. Kemudian Zeus bertahta di bukit Olympus dan mempersunting Themis. Tahta Zeus dijalankan dengan tempramen tinggi dan penuh Tyrani. Saat marah, tak jarang Zeus sering melemparkan kilat pada orang-orang yang dibencinya, Zeus juga dewa yang paling gemar bermain dan berganti perempuan. Namun Themis tetap mendampinginya tanpa bergeming apalagi melakukan perlawanan. Bahkan saat Zeus menghianatinya dengan mempersunting Hera yang kelak melahirkan Ares, dan Alkemene yang kelak melahirkan Herakles (Hercules), lagi-lagi Themis tetap diam. Tidak ada keterangan mengenai alasan Zeus mempersunting Themis, namun ditengah-tengah kebiadaban Zeus, Themis tetap tidak melakukan pebuatan apapun untuk menegakan keadilan.

Selanjutnya kita tinggalkan kisah mengenai silsilah Themis dan peristiwa kudeta Zeus, ada kisah memilukan yang pernah dilakukan Themis.  Adalah Agamemnon, legenda pemenang perang Troy (Trojan War), berdasarkan cerita mithologi Yunani Karya Homer yang berjudul illiad, merupakan salah satu korban kebiadaban Themis. Perang Troy sendiri merupakan salah satu perang yang terdahsyat dalam mithologi Yunani. Penyebabnya pun spele, yaitu gara-gara perebutan seorang perempuan yang bernama Helene. Helene adalah seorang istri salah satu raja Sparta yang bernama Menelaus yang telah dipanah asmara oleh Eros (anak Aprhrodite), sehingga jatuh cinta kepada Paris (Putra Raja, Priam). Paris tertarik kepada Helene karena kecantikannya, namun dibalik tragedi itu rupanya Paris merupakan korban perebutan apel emas bertuliskan kallistei (untuk yang tercantik) oleh tiga dewi yaitu Athena, Aphrodite dan Hera. Ketiga dewi tersebut, mengklaim berhak memiliki apel tersebut dan meminta ijin kepada Zeus untuk memiliki apel tersebut, namun Zeus enggan terlibat dalam perselisihan mereka dan enggan berpihak pada siapapun. Akhirnya Zeus menunjuk Paris seorang pemuda paling tampan untuk menentukan diberikan kepada siapakah apel tersebut. Athena membujuk Paris dan menjanjikan Paris menjadi panglima perang terkuat didunia, Hera menyuapnya dengan kekayaan, sementara Aphrodite menawarkan Helene, wanita tercantik di dunia yang diidamkannya. Rupanya Paris memilih opsi Aphrodite dan menyerahkan apel tersebut kepada Aphrodite. Untuk memenuhi janjinya, Aphrodite memerintahkan anaknya Eros untuk memanah asmara Helen yang akhirnya tergila-gila pada Paris, kemudian Paris membawa lari Helene ke Troya.

Dilain pihak, kemarahan Menelaus menjadi alasan Agamemnon untuk menyerang Troy yang ingin dikuasainya selama bertahun-tahun. Sementara itu, dalam perkawinan Menelaus-Helen para Penglima perang seluruh Yunani pernah bersumpah pada Zeus untuk melindungi keutuhan pasangan Menelaus-Helen, sehingga rencana Agamemnon yang berdalih merebut Helene dari Paris mendapat sambutan baik dari mereka. Bagai gayung bersambut, Agamemnon beserta para panglima perang Sparta mengerahkan seribu kapal laut guna menyerang Troy dan merebut Helene dari pangkuan Paris. Sebuah kamuflase dibalik keserakahannya untuk menguasai Troy. Namun demikian, setelah tiga bulan lamanya, kapal-kapal yang telah disiapkan tersebut tidak dapat berlayar menuju Troy. Keseribu kapal tersebut sama sekali tidak mendapatkan angin. Akhirnya paranormal Agamemnon menyuruh Agamemnon menghadap Themis dan Agamemnon-pun menghadap Themis. Tanpa alasan yang jelas, Themis meminta Agamemnon untuk mengorbankan satu-satunya anak perempuannya yang bernama Iphigenia di tepi pantai, dengan janji keseribu kapal tersebut akan diberikannya angin. Akhirnya Agamemnon melakukan perbuatan yang kelak paling disesali dalam hidupnya yaitu mengorbankan anak semata wayangnaya Iphigenia. Themis tertawa terbahak-bahak, riang dan gembira lalu menghembuskan angin pada seribu kapal milik Agamemnon beserta para panglima perang Sparta berlayar menuju Troya. Berbeda dengan ketiga dewi (Athena, Hera dan Aphrodite), Homer sang penulis mithologi ini tidak menceritakan apa motivasi Themis memangsa putri Agamemnon, yang jelas, tanpa peran serta Themis, perang Troya yang berlangsung 10 tahun, yang telah mengorbankan orang-orang terbaik yaitu Acchilles, Odysseus, Aias, Diomedes dan Hektor tidak akan terlaksana tanpa peran Themis. Jika Themis adalah benar dewi keadilan, kenapa melakukan perbuatan keji tersebut?

Diantara kesebelas saudaranya, Themis-lah yang paling dipuja hingga kini. Dirinya dijadikan simbol keadilan, bahkan patung dirinya sering menghiasi sudut-sudut Pengadilan, Kantor-Kantor Advokat, ruang Kejaksaan Agung. Sosok Themis dengan timbangan di tangan kirinya dipercaya sebagai Dewi yang selalu menegakan keadilan dan dengan pedang ditangan kanannya dan matanya yang tertutup siap menumpas kejahatan tanpa memandang siapa pelakunya.

Entah darimana asal-muasal kepercayaan tersebut, masalahnya tidak ada kisah yang menyatakan sepak terjang Themis dalam membela kebenaran dan menegakkan keadilan. Themis hanya terdiam saat melihat adiknya, Cronos secara kejam membunuh ayahnya, Ouranos. Themis hanya pasrah saat keponakannya sendiri, Zeus mempersuntingnya, Themis tidak bergeming saat Zeus membunuh ayahnya Cronos dan melakukan kudeta berdarah yang menewaskan banyak orang yang tidak berdosa. Themis hanya berdiam diri saat suaminya Zeus menjalankan tahtanya secara sewenang-wenang, melecehkan kaum perempuan, bahkan  Themis-lah yang telah membunuh anak Agamemnon yang bernama Iphigenia serta gara-gara Themis meniupkan angin pada seribu kapal Agamemnon maka terjadi perang Troy yang menewaskan Acchilles, Odysseus, Aias, Diomedes dan Hektor banyak orang tak berdosa. 

Melalui Kisah-kisah ini ternyata Themis bukanlah sosok simbol keadilan yang selama ini dipuja para pejuang hukum dan keadilan. Themis hanyalah setitik noktah yang tidak berarti dihadapan dewa para dewa yaitu Zeus. Lalu dari manakah para penegak hukum mendapat anggapan Themis sebagai dewi keadilan? Hal tersebut tentunya perlu mendapat kajian yang lebih mendalam, atau kita hanya latah ikut-ikutan meniru pihak Barat yang terkadang sesat.




 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar