Kamis, 08 Desember 2011

Cogito Ergo Sum



oleh: Andi Rohandi, S.H.

Cogito ergo sum ungkapan ini dikemukakan oleh Rene Descartes, seorang filsuf terkenal dari Prancis. Ungkapan singkat ini menitikberatkan pada kekuatan berfikir manusia sebagai suatu kunci eksistensinya di dunia. Secara harfiah ungkapan ini berarti "aku berpikir maka aku ada". Tidak adak kepastian di dunia, kecuali keberadaan diri kita sendiri. Siapa diri kita, apa jenis kelamin kita serta kenapa kita terlahir seperti apa yang kita lihat dalam cermin dihadapan kita. Keberadaan seorang manusia menurut Descartes dibuktikan dengan dengan fakta bahwa dirinya mampu untuk berfikir sendiri.
  
Tafsir terhadap ungkapan "cogito ergo sum" bisa mengandung makna bahwa Descartes memiliki kegundahan fikiran sehingga mendorongnya untuk melakukan upaya perenungan mencari kebenaran dengan cara memulai meragukan segala sesuatu yang ditemukannya di dunia, bahkan pada suatu titik dimana ia meragukan eksistensi dirinya sendiri di dunia. Dengan cara meragukan semua hal tersebut, ia berfikir telah berhasil membersihkan dirinya dari prasangka-prasangka yang dapat menuntunnya ke jalan yang salah, karena ia meyakini tidak semua pemikiran membawanya pada suatu kebenaran. Sampai akhirnya Descartes sadar bahwa suatu keniscayaan adalah, kemanapun arah fikiran membawanya, ia tetaplah berfikir. Inilah kunci eksistensi manusia itu sendiri. Sesuatu yang tidak mungkin salah, apapun kekuatan yang membawa fikirannya, tidaklah mungkin kekuatan tersebut mengatakan "ketika berfikir, sayalah yang berfikir" salah. namun sebaliknya, ketika aku berfikir, maka aku ada.

Yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah kemampuannya untuk berfikir. Dengan berfikir, manusia dapat mengatasi semua kesulitannya di dunia ini. Dengan fikirannya manusia dapat mempertahankan eksistensinya dan terhindar dari kepunahan. Dengan berfikir manusia dapat mengatasi bagaimana caranya terhindar dari bencana. Dengan fikirannya pula kehidupan manusia terasa lebih mudah untuk dijalani daripada mahluk yang lainnya, serta dengan fikirannya manusia dapat mewarnai kehidupannya. Namun demikian, sebagaimana dikemukakan oleh Descartes tadi, tidak selamanya fikiran manusia mengarah pada suatu kebenaran. Untuk itu, percayalah bahwa ada suatu kekuatan yang membawa fikiran manusia kearah yang benar atau yang salah. Jadi tidak ada yang salah dengan buah fikiran. Karena itu adalah tanda eksistensi keberadaan orang tersebut. Apa yang menjadi kekuatan yang telah membawa arah fikiran itu sendiri? Hal tersebut dapat ditemukan jawabannya jika kita mampu untuk berfikir!. Mustahil seorang manusia menemukan arti kebenaran maupun kesalahan, jika ia tidak berfikir. Atau mustahil kita menemukan kekuatan dalam kehidupan jika tidak berfikir. Serta mustahil orang dapat berfikir, jika dirinya tidak menemukan kebebasannya. Jika dia dihinggapi rasa ketakutan, ketidakpercayaan akan kehidupan serta kehilangan kemerdekaannya untuk mengungkapkan fikiran, maka pada hakikatnya dia bukan manusia yang mempunyai kesempurnaan eksistensi di dunia ini.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar